Jumat, 20 Mei 2011

MUQODIMAH

“ Dan hendaklah takut (kepada Allah), orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar” (Qs. An Nisaa [4] : 9)

“ Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggetarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, tetapi Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu infakkan di jalan Allah, niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan)” (Qs. Al Anfaal [8] : 60)

Ibu adalah madrasah jika kamu menyiapkannya

Maka
dia menyiapkan generasi berkarakter baik

Apabila para ibu tumbuh dalam ketidaktahuan

Maka anak-anak akan menyusu kebodohan dan keterbelakangan

(Syair)

Perjalanan panjang sejarah Islam tidak lepas dari peran serta kaum muslimah, tidak sedikit kontribusi yang mereka sumbangkan. Dengan berbekal iman yang tertanam kokoh dalam jiwa, mereka berjuang mempertaruhkan jiwa raga demi tegaknya agama Allah.

Bahkan tidak sedikit dari mereka yang melahirkan generasi gemilang, generasi yang mewujudkan kejayaan Islam. Sosok seperti Imam Syafi’I, Abdullah bin Zubair, Hasan dan Husein bin Ali bin Abi Thalib serta Abdullah bin Umar Abdul Aziz tidaklah pernah terhapus dalam lembaran sejarah.

Seiring perjalanan sejarah, kaum wanita telah banyak mengalami erosi. Mulai dari kepribadian, ahlak bahkan akidah. Salah satu penyebabnya adalah krisis figur teladan. Wanita muslimah semakin jauh meninggalkan teladan mereka yang telah terbukti mampu memainkan peran positif, baik sebagai pribadi wanita maupun sebagai istri.

Padahal setiap muslimah memiliki peluang untuk sukses dalam menjalani perannya sebagai ibu tangguh karena Allah SWT telah memberikan potensi itu, kini tinggal bagaimana setiap muslimah mampu mengembangkan potensi yang sudah diberikan.

Yang jadi pertanyaan adalah, bisakah anak unggul lahir dari ibu yang dalam menjalani fungsi keibuannya “apa adanya” dalam mendidik anaknya? Tentu, saja tidak. Untuk bisa menghasilkan anak yang unggul dibutuhkan daya juang yang tinggi dari seorang ibu tangguh.

Ibu tangguh adalah Ibu yang mempunyai kepribadian Islam dan mampu menjalankan peran sebagai seorang ibu. Ibu yang mempunyai kepribadian Islam akan selalu menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan di dalam berfikir dan berbuat. Ia juga memahami potensi dirinya dan mampu mengoptimalkan diri dalam rangka mencetak anak unggul.

Ibu yang beraqliyyah Islam akan memahami konsep Ibu dalam Islam, bahwa Ibu merupakan pendidik pertama dan utama bagi anaknya, dan ini merupakan kewajibannya yang tidak digantikan oleh siapa pun. Ia juga akan mampu menghukumi fakta didasarkan pada aqidah Islam. Yah, ia akan jadi ibu yang tangguh, yang memiliki daya juang yang tinggi demi masa depan anak dan ummat manusia secara keseluruhan.

Untuk itulah diperlukan kemampuan untuk meningkatkan potensi akal, ruhani dan jasmaninya. Dalam hal akal seorang muslimah bisa mengembangkannya dengan belajar baik melalui lembaga formal maupun non formal. Sedangkan untuk ruhani kemampuan tersebut bisa didapat melalui ta’lim atau kajian rutin.

Lalu bagaimana dengan jasmani? Apakah memang harus seorang muslimah itu kuat? Tentu saja, bukankah Allah lebih mencintai mukmin yang kuat? Jasmani yang kuat tidak hanya bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh juga namun juga efektif dalam hal pertahanan diri.

Berdasarkan data Komnas Perempuan, jumlah kekerasan tahun 2009 mengalami peningkatan 263% atau sekitar 143.586 kasus. Kasus yang menimpa perempuan ini tentu saja bisa diminimalisir jika orang tersebut mampu mempertahankan diri dan melakukan perlawanan. Pertahanan diri ini tentunya tidak hanya penting untuk dirinya sendiri, namun juga perlindungan bagi generasinya kelak.

0 comments:

Posting Komentar